MENJADI LEBIH BAIK
Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yagn sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin
( Yakobus 1 : 23 )
Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yagn sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin
( Yakobus 1 : 23 )
Kakak saya membayar jasa seorang guru les untuk anaknya. Guru les yang pertama orangnya sangat sabar, masih muda dan sangat telaten membimbing keponakan saya. Namun seringkali ia terlalu sabar mengajar sehingga ketika si anak sedang rewel atau malas belajar, ia akan menurut saja menghentikan kegiatan belajar. Lalu ia akan menemani keponakan saya bermain atau mewarnai gambar. Hasilnya? Keponakan saya tidak menunjukkan kemajuan yang berarti dengan pola belajar seperti itu. Dia memang jadi senang, tapi tidak menjadi lebih baik. Akhirnya diputuskan untuk mengganti dengan guru les baru. Kali ini orangnya lebih tegas dalam membimbing anak. Ia tidak selalu mengikuti kemauan si anak, namun mengarahkannya untuk berkonsentrasi pada pelajaran. Hasilnya jelas berbeda. Keponakan saya menunjukkan kemajuan pesat dalam pelajarannya.
Banyak orang Kristen hanya menyukai khotbah-khotbah yang menurutnya menarik. Khotbah tentang janji berkat Tuhan, tentang mujizat, tentang karunia roh, dsb. Sayangnya, khotbah tentang dosa justru kurang diminati. Kita ingin mendengar yang enak untuk didengar. Seperti seorang anak kecil yang tidak serius dalam belajar, kita hanya ingin main-main. Kita cukup puas menjadi orang Kristen dan tidak terlalu suka bila dosa kita diutak-atik. Apalagi kalau hal intu sudah menyangkut urusan hobi dan pekerjaan kita. Kita akan mencari berbagai dalih untuk membenarkan diri. Akibatnya, kita tidak menjadi orang yang lebih baik dari hari ke hari.
Untuk menjadi lebih baik, kita harus mau dibentuk. Untuk dibentuk, tentu saja kita harus rela mengalami rasa sakit. Dikoreksi memang rasanya tidak enak. Ditegur memang membuat telinga panas. Dinasihati memang membuat kita jengah. Tapi tidak ada cara lain untuk embuat kita menjadi lebih baik, selain membenahi apa yang rusak dalam diri kita. Selama kita hanya ingin mendengar apa yang enak ditelinga kita saja, selamanya kita tidak akan pernah menjadi lebih baik - bisa jadi malahan lebih buruk! Jadi, saya menantang Anda hari ini, akankah kita berani menjadi lebih baik? (TMS)
Banyak orang Kristen hanya menyukai khotbah-khotbah yang menurutnya menarik. Khotbah tentang janji berkat Tuhan, tentang mujizat, tentang karunia roh, dsb. Sayangnya, khotbah tentang dosa justru kurang diminati. Kita ingin mendengar yang enak untuk didengar. Seperti seorang anak kecil yang tidak serius dalam belajar, kita hanya ingin main-main. Kita cukup puas menjadi orang Kristen dan tidak terlalu suka bila dosa kita diutak-atik. Apalagi kalau hal intu sudah menyangkut urusan hobi dan pekerjaan kita. Kita akan mencari berbagai dalih untuk membenarkan diri. Akibatnya, kita tidak menjadi orang yang lebih baik dari hari ke hari.
Untuk menjadi lebih baik, kita harus mau dibentuk. Untuk dibentuk, tentu saja kita harus rela mengalami rasa sakit. Dikoreksi memang rasanya tidak enak. Ditegur memang membuat telinga panas. Dinasihati memang membuat kita jengah. Tapi tidak ada cara lain untuk embuat kita menjadi lebih baik, selain membenahi apa yang rusak dalam diri kita. Selama kita hanya ingin mendengar apa yang enak ditelinga kita saja, selamanya kita tidak akan pernah menjadi lebih baik - bisa jadi malahan lebih buruk! Jadi, saya menantang Anda hari ini, akankah kita berani menjadi lebih baik? (TMS)
Untuk menjadi lebih baik, rasanya memang tidak nyaman
Dikutip dari : Renungan Harian Spirit Edisi September 2009
1 comments:
"proses" memang tdk menyenangkan....
it's great.......
Post a Comment