PP GKPI BUKIT SION, BATAM




Shalom,
Pertama-tama kami mengucapkan Selamat Datang ke Blog kami yang sangat sederhana ini. Kami seluruh anggota Pemuda Pemudi Pos GKPI BUKIT SION Bida Ayu - Muka Kuning, Batam bersukur, karena kami masih dapat menggunakan media Blog ini sebagai sarana untuk publikasi setiap kegiatan-kegiatan kami. Blog ini kami tujukan khususnya untuk seluruh anggota Pemuda Pemudi Pos GKPI BUKIT SION, Batam dan umumnya untuk seluruh Pemuda Pemudi umat kristiani yang ada di seluruh dunia. Adapun content atau isi dari Blog kami ini adalah sebagian besar tentang kegiatan-kegiatan yang akan kami lakukan ke depan, dan juga kegiatan-kegiatan yang sudah kami lakukan sebelumnya. Disamping itu, Jadwal Pelayanan Ibadah Raya

Renungan Harian, Rabu 23 September 2009

|

IMAN BARTIMEUS

Lalu kata Yesus kepadanya: "Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!" Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya
( Markus 10 : 52 )

Di masa Perjanjian Baru, menjadi Bartimeus adalah posisi yagn sangat tidak menguntungkan. Buta, sebatang kara, dan hidup hanya sebagai pengemis. Bartimeus bahkan dianggap tidak berhak bersuara. Tapi, justru di tengah kekurangan itu, ada satu hal yang membuat nama Bartimeus tercatat di Alkitab, imannya. Apa saja yang membuat iman Bartimeus istimewa? Inilah beberapa di antaranya:

1. YESUS ANAK DAUD
Itulah yang dikatakan Bartimeus untuk memanggil Yesus. Sebagaimana diketahui, Daud adalah raja terbesar Israel sepanjang masa. Sebutan anak Daud sendiri mengacu pada Mesias, sang Pembebas yang akan membawa bangsa Israel kembali ke kejayaan nenek moyangnya. Meski belum pernah bertemu, tapi Bartimeus percaya bahwa Yesus yang sedang lewat di hadapannya adalah Dia yang diuprai itu. Inilah yang membuatnya tidak memanggil Yesus dengan sebutan guru atau rabi, karena baginya Ia adalah Sang Pembebas. Di zaman ketika kuasa Tuhan dinyatakan ini, masih banyak orang yang walau selalu berdoa dan berseru pada Tuhan tapi sebenarnya tidak yakin dengan Dia. Bahkan, ada juga yang selain doa di dalam nama Yesus tapi masih tetap berharap pada ilah-ilah lain. Tuhan hanya dianggap sebagai salah satu jalan, bukan satu-satunya jalan dan jawaban.

2. PERCAYA MESKI TIDAK MELIHAT
Si buta Bartimeus percaya meski tidak pernah melihat Yesus. Iman bukan percaya setelah melihat bukti tentang kuasa Yesus. Sebaliknya, iman adalah percaya pada Dia saja. Iman tidak ditentukan oleh siapa yang mendoakan kita, karena kuasa hanya datang dari pada-Nya. Iman sejati tjuga tidak menunggu situasi. Tidak perlu menunggu ada KKR untuk memohon doa kesembuhan. Tapi, sadari bahwa Tuhan dapat menjamah dengan kuasa-Nya kapan saja Ia berkenan. Iman Bartimeus bahkan teruji saat ia tetap tegar menghadapi orang-orang yang menyuruhnya diam. Apakah anda masih tetap punya pengharapan saat semua seakan menentang? Belajarlah dari iman Bartimeus ini! (Arie)

Iman muncul dari pengenalan dan pengertian yang benar akan Tuhan

Dikutip dari : Renungan Harian Spirit Edisi September 2009
Read More..

Renungan Harian, Selasa 22 September 2009

|

MENGATASI KRISIS 2

Maka menaburlah Ishak di tanah itu dan dalam tahun itu juga ia mendapat hasil seratus kali lipat; sebab id diberkati TUHAN
( Kejadian 26 : 12 )

3. MENABUR DI MASA KRISIS

Bagaimana Ishak mendapat hasil tuaian hingga seratus kali lipat? Tentu karena Ishak menabur lebih dulu sehingga akhirnya dia menuai. Demikian juga di masa krisis ini, jangan pernah berhenti untuk menabur. Sayangnya, banyak orang jadi takut memberi dan jadi pelit sebagai cara menyiasati masa krisis ini. Menurut saya, itu keputusan yang sangat keliru. Kita sangat sulit untuk diberkati jika kita jadi pelit. Seperti yang kita tahu bahwa di dunia ini berlaku hukum tabur tuai, itu sebabnya tidak ada orang yang menjadi miskin hanya gara-gara memberi. Tetaplah menabur karena suatu kali kelak kita pasti menuai.

4. TETAP ULET

Ishak salah satu contoh pebisnis yang ulet ketika menghadapi masalah yang bertubi-tubi. Itu yang membuatnya menjadi pebisnis yang sukses. Ketika sumur yang dia gali direbut oleh orang Filistin yang iri kepadanya, Ishak tidak putus asa sebaliknya ia menggali sumur yang lain. Ketika sumur yang berikutnya ini mengeluarkan air, datanglah para gembala Gerar untuk merebutnya. Kejadian ini bahkan terus terulang hingga untuk kesekian kalinya. Baru ketika ia menggali sumur Rehobot, tidak ada lagi pertengkaran dengan gembala lain. Coba pikirkan, bagaimana seandainya Ishak sudah menyerah ketika sumurnya yang pertama direbut? Bagaimana seandainya dia menyerah di sumur yang kedua? Bagaimana seandainya dia menyerah di sumur yang ketiga? Ulet! Itulah alasan mengapa Ishak sukses dan diberkati Tuhan! Di masa krisis ini jadilah orang-orang yang ulet.

5. MILIKI SENSE OF CRISIS

Kita harus sadar dengan realita hidup yang sedang kita jalani saat ini yaitu bahwa sedang terjadi krisis global yang belum juga pulih. Sikapilah hal itu dengan bijak. Kendalikan keinginan konsumtif kita, dan pikirkan bagaimana kita berupaya di masa krisis ini. (Kwik)

Tidak ada orang yang jadi miskin hanya gara-gara memberi. Jadi tetap menaburlah di masa krisis

Dikutip dari : Renungan Harian Spirit Edisi September 2009
Read More..

Renungan Harian, Senin 21 September 2009

|

MENGATASI KRISIS

Lalu TUHAN menampakkan diri kepadanya serta berfirman; "Janganlah pergi ke Mesir, diamlah di negeri yang akan Kukatakan kepadamu"
( Kejadian 26:2 )

Bagaimana Ishak mampu melewati masa krisis? Apa yang Ishak lakukan hingga ia mampu meraih kesuksesan besar di masa krisis sehingga Alkitab mencatat bahwa Ishak menjadi kaya, bahkan kian lama kian kaya, sehingga ia menjadi sangat kaya? paling tidak, ada beberapa hal yagn dapat kita pelajari dari Ishak bagaimana ia mengubah krisis menjadi kelimpahan.

1. Tidak Pergi ke Mesir
Tuhan berfirman kepada Ishak agar ia jangan pergi ke Mesir. Mengapa Tuhan berfirman demikian? Tentu saja karena Ishak sudah berniat pergi ke Mesir sebagai cara untuk mengatasi masa kelaparan yang sedang terjadi. Memang pada saat itu Mesir memiliki peradabaan dan kebudayaan yang sangat maju hingga boleh dikatakan bahwa Mesir adalah metropolis dunia pada saat itu. Dalam konteks teologia, Mesir adalah gambaran dunia, ikatan dosa, dan hawa nafsu kedagingan. Itu sebabnya jika kita sedang menghadapi krisis, jangan pernah kita lari ke Mesir (dunia) karena sesungguhnya Mesir tidak bisa menjadi jawaban bagi kita. Bandingkan dengan yesaya 31:1 "Celakalah orang-orang yang pergi ke Mesir minta pertolongan, yang mengandalkan kuda-kuda, yang percaya kepada keretanya yang begitu banyak, dan kepada pasukan berkuda yang begitu besar jumlahnya, tetapi tidak memandang kepada Yang Mahakudus, Allah Israel, dan tidak mencari TUHAN"

2.Hidup dalam ketaatan
Apa respons Ishak ketika Tuhan melarangnya untuk pergi ke Mesir? Dia tetap tinggal di Gerar, dengan kata lain Ishak taat kepada Firman Tuhan. Apa jadinya jika Ishak tidak taat dan tetap nekat pergi ke Mesir? Barangkali ceritanya bakal berbeda. Ketaatan selalu mendatangkan berkat dan kebaikan. Itu sebabnya di masa krisis seperti ini, hendaklah kita memiliki ketaatan kepada Firman Tuhan. Lakukanlah apa kehendak Tuhan di dalam hidup kita dan jangan pernah menyimpang ke kanan ke kiri, maka perjalanan hidup kita akan beruntung di masa krisis ini. (Kwik)

Ketaatan menghasilkan berkat
Dikutip dari : Renungan Harian Spirit Edisi September 2009
Read More..

Renungan Harian, Kamis 17 September 2009

|

MENJADI LEBIH BAIK

Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yagn sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin
( Yakobus 1 : 23 )

Kakak saya membayar jasa seorang guru les untuk anaknya. Guru les yang pertama orangnya sangat sabar, masih muda dan sangat telaten membimbing keponakan saya. Namun seringkali ia terlalu sabar mengajar sehingga ketika si anak sedang rewel atau malas belajar, ia akan menurut saja menghentikan kegiatan belajar. Lalu ia akan menemani keponakan saya bermain atau mewarnai gambar. Hasilnya? Keponakan saya tidak menunjukkan kemajuan yang berarti dengan pola belajar seperti itu. Dia memang jadi senang, tapi tidak menjadi lebih baik. Akhirnya diputuskan untuk mengganti dengan guru les baru. Kali ini orangnya lebih tegas dalam membimbing anak. Ia tidak selalu mengikuti kemauan si anak, namun mengarahkannya untuk berkonsentrasi pada pelajaran. Hasilnya jelas berbeda. Keponakan saya menunjukkan kemajuan pesat dalam pelajarannya.

Banyak orang Kristen hanya menyukai khotbah-khotbah yang menurutnya menarik. Khotbah tentang janji berkat Tuhan, tentang mujizat, tentang karunia roh, dsb. Sayangnya, khotbah tentang dosa justru kurang diminati. Kita ingin mendengar yang enak untuk didengar. Seperti seorang anak kecil yang tidak serius dalam belajar, kita hanya ingin main-main. Kita cukup puas menjadi orang Kristen dan tidak terlalu suka bila dosa kita diutak-atik. Apalagi kalau hal intu sudah menyangkut urusan hobi dan pekerjaan kita. Kita akan mencari berbagai dalih untuk membenarkan diri. Akibatnya, kita tidak menjadi orang yang lebih baik dari hari ke hari.

Untuk menjadi lebih baik, kita harus mau dibentuk. Untuk dibentuk, tentu saja kita harus rela mengalami rasa sakit. Dikoreksi memang rasanya tidak enak. Ditegur memang membuat telinga panas. Dinasihati memang membuat kita jengah. Tapi tidak ada cara lain untuk embuat kita menjadi lebih baik, selain membenahi apa yang rusak dalam diri kita. Selama kita hanya ingin mendengar apa yang enak ditelinga kita saja, selamanya kita tidak akan pernah menjadi lebih baik - bisa jadi malahan lebih buruk! Jadi, saya menantang Anda hari ini, akankah kita berani menjadi lebih baik? (TMS)

Untuk menjadi lebih baik, rasanya memang tidak nyaman

Dikutip dari : Renungan Harian Spirit Edisi September 2009
Read More..

Renungan Harian, Rabu 16 September 2009

|

DIKENAL DARI PERBUATAN

"Tunjukkanlah kepadaku imamu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku."
( Yakobus 2 : 18 )

Barangkali Anda asing mendengar nama Paul David Hewson. Namun bila menyebut nama Bono, maka kita akan langsung mengenali vokalis band U2 yang selalu tampil berkacamata itu. Bono dikenal bukan hanya sebagai seorang artis atau penyanyi tenar saja. ia juga dianggap sebagai aktivis kemanusiaan yang memperjuangkan kesehteraan Afrika. Ia berbicara di depan para pemimpin dunia dengan pidatonya yang dipenuhi kutipan ayat Alkitab. Menjadi pendiri DATA, EDUN, ONE Campaign, dan Product Red, organisasi-organisasi sosial tingkat dunia untuk menolong Afrika, ia juga aktif mengadakan konser amal di berbagai tempat. Seorang philanthropist yang mendapatkan penghargaan dari kerajaan Inggris oleh ratu Elizabeth II, mendapatkan gelar Person of the Year oleh majalah Time, dan masih banyak lagi. Ia adalah satu-satunya orang yang masuk nominasi Academy Award, Golden Globe, Grammy sekaligus juga Nobel Perdamaian.

Orang tidak dihargai berdasarkan jabatannya, kekayaannya, kemampuannya atau pun popularitasnya. Ada yang jauh lebih penting daripada itu semua, yakni perbuatan kita. Kita tidak perlu bangga menjadi orang Kristen, atau menjadi pelayan tuhan yang aktif apabila kita tidak melakukan hal-hal yang berarti bagi sesama. Tuhan Yesus pun menginginkan kita menjadi terang dan garam yang memberi arti bagi dunia. Ironisnya, ada banyak orang Kristen cukup puas menjadi Kristen saja atau menjadi baik semata. Mereka berpikir asalkan rajin ke gereja, setia berdoa dan membaca Firman Tuhan setiap hari, itu cukup. Padahal kita tidak dipanggil untuk menjadi ekslusif. Kita dipanggil untuk menjangkau orang lain melalui perbuatan kita.

Apa yang telah dilakukan oleh bono, seharusnya menjadi inspirasi bagi para artis lainnya, apalagi bagi kita sebagai orang Kristen. Sudahkah perbuatan kita berbicara dan memberi dampak yang berarti bagi orang lain? Apakah iman kita adalah iman yang terwujud melalui tindakan kita setiap hari? Anda dan saya bisa mulai mengawalinya dari hal-hal kecil yang kita temui hari ini. (TMS)

Untuk apa kita menjadi Kristen bila hal itu tidak memberi arti bagi sesama?

Dikutip dari : Renungan Harian Spirit Edisi September 2009
Read More..

Renungan Harian, Selasa 15 September 2009

|

PENGHARAPAN

Tetapi kamu ini, kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu, karena ada upah bagi usahamu!
( 2 Tawarikh 15 : 7 )

Children of Heaven, film Iran peraih Academy Award untuk kategori Film Berbahasa Asing terbaik di tahun 1998, menceritakan kisah perjuangan kakak beradik yang kehilangan sepasang sepatu. Yang menarik dari film yang sangat menyentuh ini ialah kegigihan Ali, bocah laki-laki yang berusaha memenangkan perlombaan lari demi mendapatkan hadiah berupa sepasang sepatu kets untuk adiknya. Karena sangat membutuhkan dan menginginkan sepatu itu, ia berusaha untuk lari sekencang dan sekuat-kuatnya mencapai garis finish. Ia berlari dengan motivasi yang berbeda dari anak-anak lainnya. Sampai akhirnya ia bisa menjadi juara pertama dalam perlombaan itu.

Bagi Ali, sepatu adalah sebuah pengharapan yang ia idamkan. Pengharapan itulah yang membuatnya bisa menang. Bagaimana bila Warren Buffet menawarkan kepada Anda hadiah sebesar 1 Trilyun rupiah jika Anda bisa mendaki mencapai puncak Semeru? Sementara pada saat itu Anda tengah pusing memikirkan cara membayar utang senilai ratusan juta rupiah? Tentu saja Anda akan mengikuti lomba itu dengan penuh semangat. Anda akan mempersiapkan diri baik-baik, menyusun strategi berjuang sampai titik darah penghabisan demi mendapatkan hadiah itu.

Betap besarnya kekuatan pengharapan. Apabila kita hidup dalam pengharapan, maka kita akan mberupaya hidup dengan maksimal. kita akan melakukan usaha terbaik karena kita yakin ada upah yang tersedia atas jerih payah kita. nah persoalannya, kalau kita bisa percaya bahwa seorang Warren Buffet bisa memberikan 1 trilyun rupiah, apalagi seharusnya Bapa kita di Sorga. Bukankah justru sering kali kita malahan meragukan kebaikan dan kerelaan Tuhan untuk memberikan yang terbaik bagi kita? Kita bahkan merasa tidak yakin bahwa kesetiaan, kejujuran, kerja keras, ketekunan dan ketulusan kita diperhitungkan oleh Tuhan. Jika demikian yang terjadi tak heran kita kurang maksimal dalam melakukan kehendak-Nya. Semoga renungan ini menyentil hati kita untuk percaya dalam pengharapan kita kepada-Nya. (TMS)

Pengharapan kepada Tuhan tidak akan pernah mengecewakan
Read More..

Renungan Harian, Senin 14 September 2009

|

TAK TERPISAHKAN

Tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu
( Matius 5 : 24 )

Jika Anda pernah merasa malam berhubungan dengan 'hal-hal rohani" karena sedang mengalami masalah dengan saudara seiman, pertimbangkan sikap Anda dengan ilustrasi berikut. Satu kali, saat berjalan pulang gereja, seorang pendeta bertemu seorangt bapak yang ia tahu tadi tidak datang ke kebaktian. "Halo, Pak. Mengapa tadi tidak datang ke kebaktian?" tanya pendeta itu. Bapak itu lalu menceritakan sikap seorang majelis yang minggu lalu sungguh menjengkelkannya. "Oh, begitu, Lalu, mengapa Anda tidak pulang dan melampiaskannya dengan memukuli istri Anda saja?" sahut sang pendeta. "Loh? Pak Pendeta ini bagaimana? Istri saya kan tidak salah apa-apa.." jawab si bapak dengan keheranan. "Nah, Tuhan pun tidak salah apa apa dengan Anda, bukan?"

Jangan menendang kucing jika Anda digigit anjing. Tentu saja, ilustrasi di atas bukannya ingin mengatakan bahwa beribadah di gereja adalah yang yang terpisah, bahwa hal itu dapat dilakukan tanpa perlu menjalin hubungan yang baik dengan para jemaat dan para hamba Tuhan di gereja. Justru, kita harus ingat bahwa, saat kita melakukan sesuatu kepada sesama kita, berarti kita juga melakukan sesuatu pada Tuhan (Matius 25:40). Jika Tuhan adalah Kepala Gereja, bagaimana mungkin kita mencintai kepala tapi membenci tubuh-Nya? Dan jika satu saat kita mungkin kesal dengan beberapa oknum di gereja , apakah kekesalah itu layak untuk ditukar dengan hubungan kita dengan Tuhan?

Mulailah belajar melihat sesama dan persekutuan dengan saudara seiman kita dalam kerangka ini. Mengasihi Tuhan berarti juga mengasihi sesama. Bahkan Alkitab menyatakan, jangan kita melayani dan memberi persembahan pada Tuhan jika hati kita masih ada permasalahan dengan orang lain (Mat. 5:23-24). Demikian pula sebaliknya, jangan sampai pelayanan dan persekutuan kita yang seharusnya untuk memuliakan Tuhan, justru dilakukan hanya demi menyenangkan manusia saja (Mat. 6:5-16). Singkatnya, ibada, pelayanan, dan persekutuan kita merupakan suatu kesatuan yang semua didasari oleh kasih pada Tuhan dan sesama. Sudahkan Anda melakukannya? (Arie)

Jangan menendang kucing jika Anda digigit anjing
Read More..

Renungan Harian, Kamis 10 September 2009

|

HINA JADI MULIA

Tinggalkanlah anak-anak yatimmu, aku akan menghidupi mereka; biarlah janda-jandamu menaruh kepercayaan padaku!
( Yeremia 49 : 11 )

Tanpa diundang, kematian dapat menghampiri hidup seseorang. Kapan saja, di mana saja dalam kondisi apa saja, seseorang dapat dipanggil pulang oleh sang Khalik. Hal inilah yang dialami oleh Betsy Holton ketika suami yang dikasihinya menghadap Tuhan. Betsy Holton adalah seorang yang sangat mencintai Tuhan dan juga suaminya. namun apa mau dikata, kematian tetap memisahkan mereka. Dari pernikahan mereka, Tuhan menghadirkan sembilan orang anak. Keluarga ini adalah sebuah keluarga yang miskin secara materi, tidak punya sesuatu yagn dapat diandalkan. Harta benda tidak punya, sehingga ketika sang suami meninggal dunia tidak ada bekal yang ia tinggalkan. Ia hanya meninggalkan sembilan orang anak dan sebuah Alkitab.

Dalam suasana miskin seperti itu, suatu hari para tetangga menyarankan agar Betsy menitipkan anaknya kepada yang membutuhkan. Tujuannya untuk meringankan beban ekonomi keluarga. Di satu sisi ini merupakan saran yang dapat meringankan. Namun, di sisi lain ia sangat tersiksa dan naluri keibuannya menolak hal ini. Ia sangat sedih jika anak-anaknya harus dititipkan untuk diperlihara orang lain. Namun, di sisi lain ia tak punya daya, tak punya modal untuk memelihara anak-anak tersebut.

Dalam kekalutan hidup, suatu saat ia membaca firman Tuhan dalam Yeremia 49:11. Firman Tuhan itu berbunyi: "Tinggalkanlah anak-anak yatimmu, aku akan menghidupi mereka; biarlah janda-jandamu menaruh kepercayaan padaku!" Lalu apa yang terjadi kemudian? Benar kata firman Tuhan tersebut. Firman itu digenapi dalam perjalanan hidup Betsy. Salah satu dari sembilan anaknya menjadi orang yang dipakai Tuhan untuk menggemparkan Eropa dan Amerika. Ia adalah Dwight L. Moody, seorang hamba Tuhan yang dipakai dahsyat. Kuasa kegelapan digemparkan dan jiwa-jiwa yang tersesat direbutnya untuk dibawa ke Kerajaan Allah. Siapa nyana bahwa salah seorang anak dari perempuan miskin ini menjadi hamba Tuhan yang diurapi? Di tangan Allah, yang hina menjadi mulia, yang terabaikan menjadi terperhatikan. Maka, bersandarlah pada Tuhan dan Firman-Nya (Ama Calista)

Dalam Tuhan tidak ada jalan buntu

Dikutip dari : Renungan Harian Spirit Edisi September 2009
Read More..

Renungan Harian, Rabu 09 September 2009

|

KESALAHAN PERTAMA

Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana
( Amsal 24 : 16 )

"Masa terseubur untuk pesimisme adalah usia 21 tahun dan sekitarnya. Yaitu ketika orang langsung menganggap percobaan pertama sebagai cara mewujudkan impian." Demikian kata Heywood Broun. Kebanyakan orang menganggap orang dapat menjadi pesimis karena mereka sudah berkali-kali gagal dalam hidupnya. Padahal, justru banyak orang menjadi pesimis karena mereka keliru menganggap satu kegagalan sebagai alamat kegagalan-kegagalan selnajutnya.

Ketika pianis Polandia, Ignace Paderewsky belajar main piano, gurunya berkata bahwa tangannya terlalu kecil untuk menguasai tuts pianonya. Ketika Enrico Caruso, penyanyi tenor terkenal Italia mulai belajar menyanyi. Gurunya berkata suaranya seperti angin ribut. Kertika PM terkenal Inggeris, Benjamin Disraeli sewaktu muda pertama kali bicara di depan Parlemen, para anggota majelis menyuruhnya diam. Bahkan mereka tertawa saat Disraeli berkata, "meski saat ini saya harus kembali duduk, tapi satu kali akan tiba waktunya Anda mengdengarkan saya." Henry Ford juga lupa membuat perseneling mundur untuk mobil pertamanya. Bahkan si jenius Albert Einstein pun gagal dalam ujian masuk universitas pertamanya.

Sangat jarang ada orang yang langsung sukses dalam usaha pertama. Kesalahan pertama itu wajar. Bahkan, beberapa harus jatuh bangun berkali-kali dalam perjuangannya. Yang penting adlah jangan terus jatuh ke dalam kesalahan yang sama dan jangan sampai kegagalan itu membuat kita makin mundur. Pada dasarnya, prinsip ini berlaku dalam hampir semua hal. Apkah dalam kehidupan rohani, pekerjaan, studi, pelayanan, hingga dalam hal hubungan. Karena itu, bagi anak muda, semoga Anda menyadari bahwa keberhasilan pada dasarnya justru didapat saat Anda makin banyak belajar dari kegagalan. Bagi orang tua, jangan pernah menganggap kegagalan anak Anda sebagai vonis kegagalan selanjutnya. Dan bagi Anda yang masih trauma dengan kegagalan masa lalu, tidak ada kata selain: bangkitlah! Selama Tuhan masih memberi waktu pada kita. (Arie)

Selama waktu masih ada, kita masih bisa terus berusaha
Read More..

Renungan Harian, Selasa 08 September 2009

|

KEMATIAN

Selama kita di dalam kemah ini, kita mengeluh, karena kita rindu mengenakan tempat kediaman sorgawi di atas tempat kediaman kita yang sekarang ini
( II Korintus 5 : 2 )

Lazimnya kelahiran disambut dengan sukacita dan kematian disambut dengan kesedihan. Namun suka Tharcia di daerah Bulgaria memiliki budaya yang bertolak belakang dari hal tersebut. Mereka memiliki adat yang cukup unik, bahkan langka. Ketika seorang bayi lahir, maka seluruh keluarga akan duduk mengelilingi si bayi sambil meratapi kesusahan-kesusahan yang bakal di alami sang bayi di masa hidupnya. Sebaliknya, saat menghadiri upacara kematian, para tamu yang hadir justru bebas tertawa, melawak di hadapan orang yang meninggal, dan sangat bersukacita. Mereka percaya abhwa orang yang sedang mati sedang menuju ke negeri kebahagiaan.

Saya tidak bermaksud memutarbalikkan budaya kita dan meniru budaya unik suku Tharcia tersebut. Namun kalau kita merenungkan dan menilik lebih jauh, adat suku Tharcia tersebut ada benarnya juga. Mengapa kita harus bersedih jika orang-orang yang kita kasihi sedang pergi ke rumah Bapa di surga yang penuh dengan kebahagiaan? Mengapa kita harus lama-lama larut dalam kesedihan jika kita tahu bahwa orang-orang yang kita kasihi tersebut berada di tempat yang jauh lebih baik dibandingkan tempat di dunia ini? Untuk alasan itulah, rasul Paulus pernah menegur jemaat di Tesalonika karena mereka berlarut-larut dalam kesedihan ketika orang yang mereka kasihi meninggal dunia (I Tes 4:13).

Merupakan hal yang wajar jika kita merasa sedih dan kehilangan orang yang kita kasihi. Meski demikian kita tidak boleh berlarut-larut dalam kesedihan, karena kita adalah orang-orang yang memiliki pengharapan bahwa sudah tersedia tempat bagi orang yang kita kasihi di surga. Jika kita telalu lama larut dalam kesedihan, barangkali kita tidak menangisi orang yang sudah meninggal tersebut, tapi kita merasa kasihan terhadap diri sendiri dan menangisi diri kita sendiri yang ditinggalkan olehnya. Sejauh yang bisa kita pelajari di dalam Alkitab, kematian bukanlah yang mengerikan. Justru kematian adalah perpindahan dari dunia yang penuh penderitaan ini ke dalam surga yang penuh kebahagiaan. Kalau demikian, apa yang perlu kita sedihkan lagi? (Kwik).

Hidup adalah Kristus, mati adalah keuntungan.- Rasul Paulus
Read More..

Renungan Harian Senin, 07 September 2009

|

PIKIRAN YANG TENANG

Hati yang gembira adalah obat yang manur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.
( Amsal 17 : 22 )

Seorang dokter Belanda yang bernama Boerhaave telah menghasilkan buku-buku yang sangat bermanfaat bagi dunia medis, termasuk salah satu di antaranya adalah Elementa Chemiae. Pada saat Boerhaave meninggal pada tahun 1738, ia meninggalkan seubah buku yang disegel, yang berjudul The Onliest and The Deepest Secrets of The Medical Art (Rahasia Seni Pengobatan Paling Rahasia). Buku tersebut dilelang dan laku 20.000 dollar. Si pemenang lelang berharap mendapatkan rahasia-rahasia hebat di dalam buku tersebut. Ketika segel buku tersebut dibuka, ia menemukan bahwa 99 dari 100 halaman buku tersebut adalah kosong. Satu-satunya halaman yang ada isinya tersebut cuma terdapat tulisan pendek: Jagalah diri untuk tetap tenang, agalah kaki agar tetap hangat, dan kamu akan membuat dokter terbaik sekalipun menjadi miskin.

Menurut saya, itulah buku paling unik dan berisi tulisan paling pendek sedunia. Barangkali maksud dokter Boerhaave dengan membuat buku unik tersebut adalah hendak menekankan bahwa tidak ada yang lebih penting daripada pikiran yang tenang untuk menjaga kesehatan. Kenyataannya, hampir 75% penyakit yang diderita manusia bukan karena kuman, bakteri, maupun virus, tapi karena pikiran. Itu sebabnya jika kita bisa menjaga pikiran kita tetap tenang, hati kita tetap damai sejahtera, dan jiwa kita merasa tenteram maka kita akan sehat senantiasa.

Seperti yang kita ketahui bahwa kondisi pikiran dan emosi kita akan sangat mempengaruhi sistem kekebalan di dalam tubuh kita. Jika pikiran kita kacau, depresi, dan stres yang berkelanjutan, maka hal itu pasti berdampak buruk pada kesehatan kita. Itu sebabnya
firman Tuhan mengajak kepada kita untuk menguasai pikiran dan menjadi tenang (1 Pet. 4:7), menjaga hati tetap damai sejahtera (Yes. 26:12), dan selalu bersukacita karena itulah obat bagi kita (Ams 17:22). Ingin memiliki kesehatan lebih baik? Kuncinya adalah dengan menjaga pikiran, emosi, dan hati kita. Sederhana bukan? (Kwik)

Jagalah diri untuk tetap tenang ..., dan kamu akan membuat dokter terbaik sekalipun jadi miskin, dr. Boerhaave
Read More..

Renungan Harian Minggu, 06 September 2009

|

MENGHAKIMI

Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain? Entahkah ia berdiri, entahkan ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri. Tetapi ia akan tetap berdiri, karena Tuhan berkuasa menjaga dia terus berdiri
( Roma 14 : 4 )

Suatu pagi, di sebuah barak tentara, seorang kolonel datang untuk mengadakan sidak (inspeksi mendadak) di barak itu. Begitu tanda dibunyikan, para prajurit segera bersiap dan berdiri di samping tempat tidurnya, sementara sang kolonel berjalan berkeliling sambil mengamati mereka satu persatu. Semua tampaknya lancar dan baik. Tapi, mendadak kolonel itu berhenti di depan seorang prajurit baru. Memandangnya sebentar, kolonel itu segera memerintah, “Betulkan kancingnya, Prajurit!” hardiknya. Si prajurit dengan ragu menjawab, “Siap,. Sekarang Pak?” Sang colonel menghardik makin keras, “tentu sekarang, Prajurit!” Maka, prajurit itupun dengan agak gemetar menjulurkan tangannya dan membetulkan kancing baju sang colonel yang terbuka.

Menghakimi adalah kecenderungan yang dimiliki setiap orang. Alkitab mencatat banyak nasihat tentang menghakimi. Anekdot di atas kiranya adalah gambaran tentang mengapa orang harus berhati-hati dalam hal ini. Masalah pertama, yaitu yang paling sering terjadi dalam menghakimi adalah kita buru-buru menyalahkan atau menilai keburukan seseorang tanpa lebih dulu melihat apakah diri kita tidak melakukan kesalahan yang sama. Ya, sama seperti colonel dan prajurit dalam kisah di atas.

Masalah kedua adalah kita menghakimi tanpa berpegang pada standar kebenaran Alkitab. Ya, sebagai orang Kristen, kita memang punya kewajiban untuk menegur saudara seiman yang mungkin berbuat dosa (Mat. 18:15). Tapi, kita harus tetap melakukannya dengan standar yang benar, yaitu kebenaran firman Tuhan dan kasih Kristus. Sedangkan masalah ketiga dari menghakimi adalah, kita sering terpaku pada kesalahan orang lain saja. Padahal, Alkitab mengatakan bahwa yang lebih penting lagi adalah kita harus saling membangun (Rm. 14:19). Jadi, boleh saja kita memperingatkan sesame kita. Tapi, berhati-hatilah jika Anda mulai menghakimi. Karena peringatan Alkitab sangat jelas, lebih baik jika kita jangan menghakimi, karena itu berarti kita harus siap dihakimi juga. (Arie)

Jangan menghakimi jika tidak siap dihakimi
Read More..

Renungan Harian Sabtu, 05 September 2009

|

Dr. Jekyll & Mr. Hyde

Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, amaka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku
( Roma 7 : 20 )

Anda mungkin tahu kisah tentang Dr. Jekyll dan Mr. Hyde karangan Robert Louis Stevenson. Dalam kisah itu, diceritakan seorang professor, Dr. Henry Jekyll yang berjuang mengatasi dorongan saling bertentangan dalam hidupnya. Yang satu ingin menjadi orang terhormat di masyarakat, sedang yang lain ingin hidup dalam kekejaman dan nafsu kejahatan. Karena tidak ingin nama baiknya rusak, Dr. Jekyll menciptakan ramuan yang membuatnya bisa berubah menjadi Mr. Hyde yang kejam, kasar dan jahat. Dengan menjadi Mr. Hyde, ia bisa melakukan dan melampiaskan nafsunya untuk melakukan kekejaman dan dosa, tanpa orang lain tahu bahwa ia sebenarnya Dr. Jekyll yang tersohor itu. Tapi, masalah muncul saat lama kelamaan, Dr. Jekyll tidak bisa lagi mengontrol pribadinya yang jahat. Ia bisa tiba-tiba berubah menjadi Mr. Hyde meski tidak minum ramuan itu. Pada akhirnya, justry Mr. Hydelah yang mengontrol Dr. Jekyll, bukan sebaliknya.

Sebagian orang berpikir dia bisa memelihara dan mengendalikan dosa. Untuk mengendalikannya, sering muncul sikap pura-pura. Seperti Dr. Jekyll yang tidak mau melepaskan nama baik maupun tabiat jahatnya, kita mungkin beralasan bahwa tabiat buruk yang kita miliki tidak berbahaya bagi iman dan kehidupan kita. Tapi, Paulus dalam bacaan hari ini mengatakan itu mustahil. Bahkan pengetahuan akan yang baik justru bisa membuat kita berbuat jahat. Bukan karena pengetahuannnya yang membuat kita jahat, tapi karena makin kita tahu, makin kita tidak bisa melawan dorongan untuk melanggarnya. Apalagi jika kita sengaja tetap memeliharanya. Daging itu lemah (mrk. 14:38), dan manusia memang pada dasarnya sangat rentan terhadap dosa.

Lalu bagimana solusinya? Hyanya satu cara. Jangan pernah merasa bahwa Anda bisa mengontrol tabiat dosa Anda. Tapi, Tuhan telah mengutus roh Kudus untuk membantu kita. Inilah satu-satunya kekuatan yang bisa kita andalkan untuk melawan tabiat dosa kita. Miliki pengertian tentang nasihat dan firman-Nya, dari situlah Roh Kudus akan menolong kita menang atas kebiasaan dosa. (Arie)

Hanya pertolongan Roh Kudus yang dapat membebaskan kita dari tabiat dosa
Read More..

Renungan Harian Jumat, 04 September 2009

|

PELAN TAPI PASTI

Dosa beberapa orang menyolok, seakan-akan mendahului mereka ke pengadilan, tetapi dosa beberapa orang lagi baru menjadi nyata kemudian
( 1 Timotius 5 : 24 )

Seorang pria sedang berjalan-jalan di pedalaman. Dia melihat seekor burung besar, mungkin sejenis elang yang terbang di udara. Saat itu, pria tersebut melihat bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Elang itu makin lama makin kehilangan kemampuan terbangnya, dan segera menukik dan terjatuh di dekat pria itu, mati. Apa yang terjadi? Tidak ada manusia yang melukainya. Tidak ada orang yang menembaknya. Dia memeriksa burung itu, dan apa yang ditemukannya? Burung itu telah membawa dalam cakarnya seekor musang kecil yang tampak merapatkan diri ke tubuhnya ketika terbang. Binatang kecil itu segera mengambil kesempatan dan berhasil membuka dada burung Elang dan meminum darahnya.

Itulah gambaran kebiasaan dosa yang melekat pada seseorang, yang akhirnya secara tidak sadar dan tidak menyakitkan, menyebabkan kematian rohaninya. Dalam hidup ini, bukankah tanpa sadar kita pun sering berlaku seperti elang dalam kisat di atas? Kita melakukan sesuatu yang dapat menjerumuskan dan mematikan hidup kita. Bagi perokok berat, bukankah perbuatan Anda cepat atau lambat akan mematikan diri sendiri? Bagi yang suka menonton TV sampai berjam-jam, bukankah tindakan tersebut lambat laun akan menjerumuskan anda pada kemalasan? Bagi kita yang masih suka bertanya kepada paranormal, bukankah apa yang kita lakukan itu, pelan tapi pasti akan menghancurkan diri sendiri, menjauhkan hubungan kita dengan Yesus, bahkan mendatangkan murka Allah? Bagi yang senang menyimpan “sampah” hati, yaitu iri, kemarahan, sakit hati, dan sebaginya, bukankah hal itu lama-kelamaan akan menyakiti dan menguras energi diri sendiri?

Hari ini, marilah kita belajar untuk mendekatkan diri pada Kristus. Karena semakin kita dekat pada-Nya, maka semakin pekalah kita. Dan hal itu akan membuat kita lebih mudah untuk mendeteksi karakter dan kebiasaan buruk yang kita miliki. Sadarlah sebelum kita kehabisan “darah” dan mati sia-sia (Imelda)

Aturan pertama tentang lubang; saat anda berada di dalamnya, berhentilah menggali
Read More..

Renungan Harian Kamis, 03 September 2009

|

MATA

Mata adalah pelita tubuh, Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu
Matius 6 : 22


Hati hati dengan mata kita. Seperti kata Yesus, jika mata kita baik maka teranglah seluruh hidup kita. Sebaliknya jika mata kita jahat gelaplah seluruh hidup kita. Ada yang istimewa dengan mata, sehingga Yesus memberikan peringatan penting untuk indera kita yang satu ini. Kalau boleh saya umpamakan, mata adalah pintu gerbang masuknya hal-hal yang baik maupun positif. Itu sebabnya kita perlu memasang filter untuk mata kita.

Harus diakui sebagian besar keputusan yang kita ambil dikarenakan oleh mata kita. Bagaimana kita memiliki seseorang untuk kita jadikan pasangan hidup kita? Bukankah kerapkali karena apa yang kita lihat dengan mata kita? Tindakan yang kita ambil juga dikarenakan oleh mata kita. Mengapa Lot memilih Sodom dan Gomora ketika ia harus berbagi dengan Abraham? Bukankah karena Lot melihat bahwa daerah tersebut banyak airnya dan seperti taman Tuhan? (Kej. 13:10). Sebagian besar dosa yang kita lakukan juga dikarenakan oleh mata kita. Hawa jatuh dalam dosa karena melihat buah pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat tersebut baik untuk dimakan, menarik dan sedap kelihatannya (Kej 3:6). Daud jatuh dalam skandal yang memalukan dengan Batsyeba karena dia tidak memiliki “filter” di matanya. Kerapkali yang menjadi musuh utama bagi iman adalah mata kita. Kita ingin melihat buktinya dulu baru kemudian bisa percaya.

Maka jita matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jka satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan dalam neraka (Mat. 5:29). Secara sepintas, ungkapan Yesus tersebut terdengan sangat kasar, dan kejam. Namun sesungguhnya Yesus sedang mengajarkan kepada kita untuk bertanggung jawab dengan mata kita, karena dari situlah hal yang baik maupun yang jahat masuk dalam hidup kita. Dosa kerap menguasai hidup kita melalui mata kita, itu sebabnya kita perlu hati-hati dan bertanggung jawab untuk memasang “filter” terhadap mata kita. (Kwik)

Mata adalah pintu gerbang bagi masuknya hal-hal yang baik maupun yang jahat
Read More..

Renungan Harian Rabu, 02 September 2009

|

ULAT KECIL

Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keesrakahan, yang sama dengan penyembahan berhala (Kolose 3:5)

Di satu desa, terdapat sebuah pohon raksasa yang usianya mungkin sekitar ratusan tahun. Para penduduk maupun orang-orang yang melihat pohon itu selalu kagum dengan kekuatan dan kekokohan pohon itu. Satu waktu, badai dahsyat datang melanda daerah itu. Begitu dahsyatnya sampai banyak pohon tumbang dan tercerabut dari akarnya. Akan tetapi, pohon itu tetap tegar berdiri. Orang-orangpun makin kagum dengan kokohnya si pohon raksasa.

Tapi, beberapa tahun kemudian, di suatu siang dengan hujan yang tidak terlalu deras, satu kilat menyambar pohon itu. Pohon itu pun langsung tumbang. Warga yang melihatnya heran. Bagaimana bisa pohon yang ratusan tahun kuat menahan badai kini begitu mudahnya tumbang hanya karena tersambar kilat yang biasa saja? Ternyata, setelah mereka melihat di dalam batang pohon itu, didapati di dalamnya ada ulat-ulat yang membuat kayu pohon itu keropos dan kosong. Tentu saja, butuh waktu yang lama untuk ulat-ulat itu menggerogoti batang kayu pohon besar itu. Tapi, karena terus dibiarkan pada akhirnya sekuat apapun pohon itu tetap saja menjadi keropos dan jatuh.

Banyak orang hebat bisa jatuh karena satu dosa yang mungkin “kecil” tapi terus dibiarkan hingga membuat gagal. Apakah itu kepahitan, hawa nafsu terpendam, atau kebiasaan-kebiasaan yang sepertinya remeh tapi dapat berkembang menjadi dosa. Saat kita meremehkan dosa-dosa “kecil”, atau terlalu percaya bahwa hal-hal positif yang ada dalam diri kita akan mampu mengatasinya, maka kita sedang membiarkan ulat-ulat kecil berkembang biak dan terus menggerogoti diri kita. Hukum dunia mungkin membedakan antara pelanggaran ringan dan pelanggaran berat. Tapi, hukum tabur tuai tidaklah demikian. Buktinya, sebutir benih kecil pun dapat menjadi pohon raksasa. Pelanggaran sekecil apapun selalu memiliki konsekuensi yang jika dibiarkan, atau bahkan dipelihara, bisa menjadi konsekuensi besar. Karena itu, jangan pernah remehkan ulat kecil dalam hidup Anda. Tapi, serahkanlah dan bereskan permasalahan Anda di hadapan Tuhan segera. (By: Arie)

Sebutir benih dosa jika dipelihara akan menjadi pohon raksasa
Read More..

Renungan Harian Selasa, 01 September 2009

|

STRATEGI IBLIS


Sebab pada waktu Salomo sudah tua, isteri-isterinya itu mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain … ( 1 Raja-raja 11-4)


Pelajarilah strategi musuh untuk menjatuhkan iman kita. Salah satu cara iblis untuk menyeret kita kembali ke dalam dosa adalah dengan menariknya perlahan-lahan sehingga kita tidak sadar bahwa kita telah meninggalkan Tuhan. Iblis tidak menyerang kita secara frontal, melainkan menggerus iman kita perlahan-lahan. Dari zona putih ke zona abu-abu baru masuk ke zona hitam. Dari panas ke suam-suam, lalu hati kita menjadi dingin dan tawar.

Cara kerja iblis yang satu ini begitu lembut, rapi, dan tidak kentara. Yang paling bahaya dari strategi iblis ini adalah karena kita kerap kali tidak sadar sudah bergeser dari jalan Tuhan. Anda pernah mengamati sinar matahari? Sepertinya matahari tidak bergerak, namun kenyataannya sinar matahari telah bergeser dari ufuk timur sampai ujung barat. Hal yang sama menimpa raja Salomo. Dari raja yang mengasihi Allah hingga akhirnya menjadi raja yang terpikat ilah asing sesembahan isteri-isterinya. Keruntuhan iman Salomo tidak terjadi tiba-tiba melainkan perlahan-lahan, hingga tanpa sadar imannya sudah bergeser kepada berhala-berhala kafir. Iblis menyodorkan dosa dengan dosis kecil dahulu, lama kelamaan dosisnya makin besar, hingga akhirnya raja Salomo terbelenggu.


Bagaimana supaya iman kita tidak bergeser? Jangan pernah mau kompromi dengan dosa sekecil apapun. Sekali kita mengizinkan dosa kecil masuk dalam hidup kita, kita akan ditagih untuk melakukan dosa yang lebih besar lagi hingga akhirnya kita terbelenggu olehnya. Ingatlah pepatah kuno yang berkata jika kita bermain dengan api kecil, kita bisa membakar hutan. Jangan pernah terjebak dengan zona abu-abu. Jangan pernah biarkan diri kita berada dalam kesuaman, tidak panas dan tidak dingin. Karena hal-hal itulah yang biasanya membuat kita terseret kembali ke dalam dosa. Ingatlah pelajaran katak ini; untuk merebus katak jangan langsung dengan air panas, karena katak tersebut pasti meloncat karena kepanasan. Panaskan air perlahan-lahan. Dari hangat-hangat kuku hingga akhirnya mendidih, dijamin katak tersebut tidak menyadari bahwa dia sedang dibantai perlahan-lahan. (By: Kwik)


Dosa menyeret kita dengan perlahan-lahan hingga kita tidak menyadari bahwa iman kita telah bergeser.

Read More..